Terbaru

Monday, March 20, 2023

Monday, March 20, 2023

Contoh Soal Rangkaian Listrik Sederhana

1. Dalam suatu rangkaian listrik seri terdapat 3 hambatan, masing-masing memiliki nilai resistansi R1 = 10 Ω, R2 = 20 Ω, dan R3 = 30 Ω. Jika tegangan pada sumber listrik adalah V = 24 V, hitunglah:

  1. Arus yang mengalir pada rangkaian
  2. Tegangan pada setiap hambatan
  3. Daya yang dikonsumsi oleh setiap hambatan
  4. Daya total yang dikonsumsi oleh rangkaian

Catatan: untuk menghitung arus, gunakan rumus I = V / R. Untuk menghitung daya, gunakan rumus P = I2 * R

 

2. Dalam suatu rangkaian listrik seri terdapat 3 hambatan, masing-masing memiliki nilai resistansi R1 = 50 Ω, R2 = 100 Ω, dan R3 = 150 Ω. Jika tegangan pada sumber listrik adalah V = 120 V, hitunglah:

  1. Arus yang mengalir pada rangkaian
  2. Tegangan pada setiap hambatan
  3. Daya yang dikonsumsi oleh setiap hambatan
  4. Daya total yang dikonsumsi oleh rangkaian

Catatan: untuk menghitung arus, gunakan rumus I = V / R. Untuk menghitung daya, gunakan rumus P = I2 * R

 

3. Dalam suatu rangkaian listrik seri terdapat 6 hambatan, masing-masing memiliki nilai resistansi R1 = 100 Ω, R2 = 50 Ω, R3 = 75 Ω, R4 = 120 Ω, R5 = 90 Ω, dan R6 = 80 Ω. Jika arus yang mengalir pada rangkaian adalah I = 0.5 A, hitunglah:

  1. Tegangan total pada rangkaian
  2. Tegangan pada setiap hambatan
  3. Daya yang dikonsumsi oleh setiap hambatan
  4. Daya total yang dikonsumsi oleh rangkaian

Catatan: untuk menghitung daya, gunakan rumus P = I2 * R

 

4. Dalam suatu rangkaian listrik seri terdapat 6 hambatan, masing-masing memiliki nilai resistansi R1 = 5 Ω, R2 = 10 Ω, R3 = 20 Ω, R4 = 15 Ω, R5 = 8 Ω, dan R6 = 12 Ω. Jika arus yang mengalir pada rangkaian adalah I = 2 A, hitunglah:

  1. Tegangan total pada rangkaian
  2. Tegangan pada setiap hambatan
  3. Daya yang dikonsumsi oleh setiap hambatan
  4. Daya total yang dikonsumsi oleh rangkaian

Catatan: untuk menghitung daya, gunakan rumus P = I2 * R

 

5. Dalam suatu rangkaian listrik paralel terdapat 4 hambatan, masing-masing memiliki nilai resistansi R1 = 10 Ω, R2 = 20 Ω, R3 = 30 Ω, dan R4 = 40 Ω. Jika tegangan pada sumber listrik adalah V = 60 V, hitunglah:

  1. Arus yang mengalir pada rangkaian
  2. Tegangan pada setiap hambatan
  3. Arus yang mengalir pada setiap hambatan
  4. Daya yang dikonsumsi oleh setiap hambatan
  5. Daya total yang dikonsumsi oleh rangkaian

Catatan: untuk menghitung arus, gunakan rumus I = V / R. Untuk menghitung daya, gunakan rumus P = I^2 * R.

 

6. Dalam suatu rangkaian listrik paralel terdapat 5 hambatan, masing-masing memiliki nilai resistansi R1 = 20 Ω, R2 = 30 Ω, R3 = 40 Ω, R4 = 50 Ω, dan R5 = 60 Ω. Jika tegangan pada sumber listrik adalah V = 120 V, hitunglah:

  1. Arus yang mengalir pada rangkaian
  2. Tegangan pada setiap hambatan
  3. Arus yang mengalir pada setiap hambatan
  4. Daya yang dikonsumsi oleh setiap hambatan
  5. Daya total yang dikonsumsi oleh rangkaian

Catatan: untuk menghitung arus, gunakan rumus I = V / R. Untuk menghitung daya, gunakan rumus P = I2 * R.

Monday, March 20, 2023

Rangkaian Listrik Sederhana

A. Rangkaian Listrik

Rangkaian listrik adalah susunan komponen listrik yang saling terhubung dan berfungsi bersama-sama untuk menciptakan aliran listrik yang bermanfaat. Rangkaian listrik dapat berupa rangkaian sederhana, seperti rangkaian seri dan paralel, atau rangkaian yang lebih kompleks, seperti rangkaian transistor atau rangkaian IC (Integrated Circuit).

1. Rangkaian Seri

Sumber Gambar : Google.com

Rangkaian seri adalah rangkaian listrik yang komponen-komponennya tersusun secara berurutan atau berderet, sehingga arus listrik hanya dapat mengalir melalui satu jalur yang sama.

  • Sifat Rangkaian Seri :

1.      Pada rangkaian seri, tegangan total (Vs) yang diberikan sama dengan jumlah tegangan pada setiap komponen atau resistor (Vstotal=V1 + V2 + V3 + …).

2.      Sedangkan arus listrik yang mengalir di setiap komponen atau resistor (I) sama (Istotal = I1=I2=I3=…).

3.      Dalam rangkaian seri, resistansi total (RT) dapat dihitung menggunakan rumus berikut: (Rs = R1 + R2 + R3 + …)

Rs = Hambatan Total Rangkaian Seri (Ω atau Ohm)

R1 = Hambatan Pertama (Ω atau Ohm)

R2 = Hambatan Kedua (Ω atau Ohm)

R3 = Hambatan Ketiga (Ω atau Ohm)

Sehingga, jika kita menambahkan resistor ke dalam rangkaian seri, maka resistansi totalnya akan meningkat, dan arus listriknya akan menurun.

2. Rangkaian Paralel

Sumber Gambar : Google.com

Rangkaian paralel adalah rangkaian listrik yang komponen-komponennya tersusun secara paralel atau sejajar, sehingga arus listrik dapat mengalir melalui beberapa jalur yang berbeda.

  • Sifat Rangkaian Paralel :

1.      Pada rangkaian paralel, tegangan total (Vp) yang diberikan sama pada setiap komponen atau resistor (Vptotal = V1 = V2 = V3 = …).

2.      Sedangkan arus listrik yang mengalir di setiap komponen atau resistor (I1, I2, I3, …) berbeda-beda. Untuk menghitung kuat arusnya tinggal menjumlahkan (Iptotal = I1+I2+I3+…)

3.      Dalam rangkaian paralel, resistansi total (RT) dapat dihitung menggunakan rumus berikut: 1/Rptotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + …

Rp = Hambatan Total Rangkaian Paralel (Ω atau Ohm)

R1 = Hambatan Pertama (Ω atau Ohm)

R2 = Hambatan Kedua (Ω atau Ohm)

R3 = Hambatan Ketiga (Ω atau Ohm)

Sehingga, jika kita menambahkan resistor ke dalam rangkaian paralel, maka resistansi totalnya akan menurun, dan arus listriknya akan meningkat.

3. Rangkaian Campuran

Sumber Gambar : Google.com

Rangkaian campuran adalah rangkaian listrik yang terdiri dari kombinasi rangkaian seri dan paralel. Dalam rangkaian campuran, komponen-komponennya tersusun dalam bentuk rangkaian seri dan paralel secara bergantian.

Dalam rangkaian campuran, kita dapat menggunakan rumus-rumus yang telah dijelaskan sebelumnya untuk menghitung resistansi total dan arus listrik yang mengalir pada setiap komponen atau resistor.

Kesimpulan

Rangkaian listrik dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu rangkaian seri dan paralel. Berikut adalah penjelasan mengenai perbedaan rangkaian seri dan paralel:

1.      Rangkaian seri Rangkaian seri adalah rangkaian listrik dimana komponen-komponen atau beban listrik dihubungkan secara berderetan atau sejajar. Artinya, arus yang mengalir pada satu komponen atau beban listrik harus melewati komponen atau beban listrik lainnya terlebih dahulu sebelum mencapai sumber tegangan. Dalam rangkaian seri, arus yang mengalir pada setiap komponen atau beban listrik memiliki nilai yang sama, sedangkan tegangan pada setiap komponen atau beban listrik dapat berbeda-beda. Tegangan total pada rangkaian seri adalah jumlah dari tegangan pada masing-masing komponen atau beban listrik.

2.      Rangkaian paralel Rangkaian paralel adalah rangkaian listrik dimana komponen-komponen atau beban listrik dihubungkan secara parallel atau sejajar. Artinya, setiap komponen atau beban listrik dihubungkan langsung ke sumber tegangan, sehingga arus yang mengalir pada masing-masing komponen atau beban listrik dapat berbeda-beda. Dalam rangkaian paralel, tegangan yang diterapkan pada setiap komponen atau beban listrik memiliki nilai yang sama, sedangkan arus pada setiap komponen atau beban listrik dapat berbeda-beda. Arus total pada rangkaian paralel adalah jumlah dari arus pada masing-masing komponen atau beban listrik.

3.      Berikut adalah beberapa perbedaan antara rangkaian seri dan paralel:

  • Rangkaian seri hanya memiliki satu jalur untuk arus mengalir, sedangkan rangkaian paralel memiliki beberapa jalur untuk arus mengalir.
  • Pada rangkaian seri, arus yang mengalir pada setiap komponen atau beban listrik memiliki nilai yang sama, sedangkan pada rangkaian paralel arus yang mengalir pada setiap komponen atau beban listrik dapat berbeda-beda.
  • Pada rangkaian seri, tegangan total pada rangkaian adalah jumlah dari tegangan pada masing-masing komponen atau beban listrik, sedangkan pada rangkaian paralel, tegangan yang diterapkan pada setiap komponen atau beban listrik memiliki nilai yang sama.
  • Pada rangkaian seri, resistansi total pada rangkaian adalah jumlah dari resistansi pada masing-masing komponen atau beban listrik, sedangkan pada rangkaian paralel, resistansi total pada rangkaian dapat dihitung menggunakan rumus 1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + ... + 1/Rn, dimana R1, R2, ..., Rn adalah resistansi pada masing-masing komponen atau beban listrik.

Contoh Soal :

Berikut adalah beberapa contoh soal yang dapat digunakan untuk menghitung tegangan pada rangkaian seri dan paralel:

Contoh Soal 1:

Sebuah rangkaian seri terdiri dari tiga resistor dengan nilai masing-masing adalah 10 Ω, 20 Ω, dan 30 Ω. Jika arus yang mengalir pada rangkaian adalah 2 A, hitunglah tegangan total yang diterapkan pada rangkaian!

Jawaban:

Tegangan total pada rangkaian seri dapat dihitung menggunakan rumus Vt = V1 + V2 + V3, dimana V1, V2, dan V3 adalah tegangan pada masing-masing resistor. Kita juga dapat menggunakan rumus V = I x R untuk menghitung tegangan pada masing-masing resistor. Oleh karena itu, kita dapat melakukan perhitungan sebagai berikut:

Tegangan pada resistor 1 (V1) = I x R1 = 2 A x 10 Ω = 20 V

Tegangan pada resistor 2 (V2) = I x R2 = 2 A x 20 Ω = 40 V

Tegangan pada resistor 3 (V3) = I x R3 = 2 A x 30 Ω = 60 V

Tegangan total (Vt) = V1 + V2 + V3 = 20 V + 40 V + 60 V = 120 V

Jadi, tegangan total yang diterapkan pada rangkaian seri adalah 120 V.

Contoh Soal 2:

Sebuah rangkaian paralel terdiri dari empat resistor dengan nilai masing-masing adalah 5 Ω, 10 Ω, 15 Ω, dan 20 Ω. Jika tegangan yang diterapkan pada rangkaian adalah 50 V, hitunglah arus yang mengalir pada masing-masing resistor!

 Jawaban:

Arus pada masing-masing resistor dalam rangkaian paralel dapat dihitung menggunakan rumus I = V / R, dimana V adalah tegangan yang diterapkan pada rangkaian dan R adalah nilai resistansi masing-masing resistor. Oleh karena itu, kita dapat melakukan perhitungan sebagai berikut:

Arus pada resistor 1 (I1) = V / R1 = 50 V / 5 Ω = 10 A

Arus pada resistor 2 (I2) = V / R2 = 50 V / 10 Ω = 5 A

Arus pada resistor 3 (I3) = V / R3 = 50 V / 15 Ω = 3.33 A

Arus pada resistor 4 (I4) = V / R4 = 50 V / 20 Ω = 2.5 A

Jadi, arus yang mengalir pada masing-masing resistor adalah 10 A, 5 A, 3.33 A, dan 2.5 A pada resistor 1, 2, 3, dan 4, secara berturut-turut.

Contoh Soal 3

Sebuah rangkaian listrik seri terdiri dari 6 resistor dengan nilai resistansi masing-masing sebagai berikut: R1 = 20 Ω, R2 = 15 Ω, R3 = 10 Ω, R4 = 25 Ω, R5 = 30 Ω, R6 = 40 Ω. Sumber tegangan yang diberikan pada rangkaian adalah sebesar 24 V. Hitunglah:

a) Total hambatan rangkaian

b) Besarnya arus listrik yang mengalir pada rangkaian

c) Tegangan masing-masing resistor pada rangkaian

d) Daya listrik yang dihasilkan pada setiap resistor pada rangkaian

Diketahui:

R1 = 20 Ω

R2 = 15 Ω

R3 = 10 Ω

R4 = 25 Ω

R5 = 30 Ω

R6 = 40 Ω

V = 24 V

Dicari:

a) Rtot

b) I

c) V1, V2, V3, V4, V5, V6

d) P1, P2, P3, P4, P5, P6

Jawaban:

a) Total hambatan rangkaian dapat dihitung dengan menjumlahkan nilai resistansi masing-masing resistor pada rangkaian, yaitu:

Rtot = R1 + R2 + R3 + R4 + R5 + R6

     = 20 Ω + 15 Ω + 10 Ω + 25 Ω + 30 Ω + 40 Ω

     = 140 Ω

Jadi, total hambatan pada rangkaian seri tersebut adalah 140 Ω.

b) Arus listrik pada rangkaian seri adalah sama pada setiap resistor. Oleh karena itu, kita dapat menggunakan hukum Ohm untuk menghitung besarnya arus:

V = I * Rtot è I = V / Rtot

 

I = V / Rtot

  = 24 V / 140 Ω

  = 0,171 A

  = 171 mA

Jadi, besarnya arus listrik yang mengalir pada rangkaian adalah 171 mA.

c). Tegangan masing-masing resistor pada rangkaian dapat dihitung dengan menggunakan hukum Ohm:

V1 = I * R1 = 0,171 A * 20 Ω = 3,42 V

V2 = I * R2 = 0,171 A * 15 Ω = 2,565 V

V3 = I * R3 = 0,171 A * 10 Ω = 1,71 V

V4 = I * R4 = 0,171 A * 25 Ω = 4,275 V

V5 = I * R5 = 0,171 A * 30 Ω = 5,13 V

V6 = I * R6 = 0,171 A * 40 Ω = 6,84 V

Jadi, tegangan masing-masing resistor pada rangkaian adalah: V1 = 3,42 V,  V2 = 2,565 V,  V3 = 1,71 V,  V4 = 4,275 V,  V5 = 5,13 V, dan V6 = 6,84 V.

d). Daya listrik yang dihasilkan pada setiap resistor pada rangkaian dapat dihitung menggunakan rumus:

P = V * I => P= I2 * R

Maka, daya pada masing-masing resistor adalah sebagai berikut:

P1 = V1 * I = 3,42 V * 0,171 A = 0,585 W

P2 = V2 * I = 2,565 V * 0,171 A = 0,439 W

P3 = V3 * I = 1,71 V * 0,171 A = 0,293 W

P4 = V4 * I = 4,275 V * 0,171 A = 0,732 W

P5 = V5 * I = 5,13 V * 0,171 A = 0,877 W

P6 = V6 * I = 6,84 V * 0,171 A = 1,17 W

Jadi, daya listrik yang dihasilkan pada setiap resistor pada rangkaian tersebut adalah:

P1 = 0,585 W, P2 = 0,439 W, P3 = 0,293 W, P4 = 0,732 W, P5 = 0,877 W, dan P6 = 1,17 W.

Soal Rangkaian Listrik Sederhana

Monday, March 13, 2023

Monday, March 13, 2023

CARA MENGHITUNG UMUR : TAHUN, BULAN & HARI

Pada postingan ini saya akan berbagi bagaimana cara menghitung umur pada MS EXCEL. Beguna untuk mengetahui umur balita maupun masa kerja pegawai.

Langkah langkah sebagai berikut

·         Buatlah Tabel Data

·         Isi Cell A2 dengan nama orang atau nama pegawai

·         Isi Cell B2 dengan tanggal lahir (kemudian pilih format tanggal panjang)

·         Isi Cell C2 dengan tanggal hari ini secara manual "13 March 2023" atau dengan "=TODAY()" untuk mendapatkan tanggal hari ini secara otomatis sesuai setting komputer

·         Isi Cell D2 dengan rumus excel :

=DATEDIF(B2;C2;"Y")

·         Isi Cell E2 dengan rumus excel :

=DATEDIF(B2;C2;"YM")

·         Isi Cell F2 dengan rumus excel :

=DATEDIF(B2;C2;"MD")

·         Untuk Cell G2 merupakan gabuangan dari ketiga rumus tersebut dengan tambahan operator teks. Isinya:

=DATEDIF(B2;C2;"Y")&" Tahun "&DATEDIF(B2;C2;"YM")&" Bulan "&DATEDIF(B2;C2;"MD")&" Hari"

Perlu diingat bahwa rumus ini hanya memberikan hasil yang perkiraan karena tidak memperhitungkan perbedaan hari pada bulan-bulan yang berbeda dan tahun kabisat.

Namun, hasil yang diberikan sudah cukup akurat dan dapat digunakan sebagai acuan umur. Selain itu, pengguna juga dapat menyesuaikan rumus ini untuk memunculkan format yang berbeda, seperti format bulan dan hari saja atau format tahun saja.

Dengan demikian, menghitung umur pada Excel menjadi lebih mudah dan cepat. Pengguna hanya perlu memasukkan tanggal lahir ke dalam rumus dan hasil akan langsung ditampilkan dalam format yang diinginkan.

Semoga bermanfaat, Unduh File excel contoh pada alamat dibawah ini


Silahkan tunggu dalam 60 detik.

Link Akan Tersedia Dibawah Ini

Tuesday, February 28, 2023

Tuesday, February 28, 2023

PENGERTIAN RESISTOR

Resistor adalah komponen elektronik yang digunakan untuk membatasi arus listrik dalam rangkaian elektronik. Resistor biasanya terdiri dari bahan yang memiliki resistivitas tinggi, seperti karbon atau logam, dan memiliki nilai resistansi yang spesifik. Resistor dapat digunakan dalam berbagai aplikasi elektronik, seperti dalam sirkuit listrik, filter, pembagi tegangan, dan lain sebagainya.

Fungsi Resistor

Resistor memiliki dua fungsi utama dalam rangkaian elektronik. Pertama, resistor digunakan untuk membatasi arus listrik dalam rangkaian. Kedua, resistor juga digunakan untuk membagi tegangan dalam rangkaian, sehingga dapat digunakan untuk menghasilkan tegangan yang lebih rendah dari sumber tegangan asal.

Jenis Resistor

A.    Fixed resistor (resistor tetap)

Fixed resistor (resistor tetap) adalah jenis resistor yang nilai resistansinya tidak dapat diubah, atau dalam kata lain, memiliki nilai resistansi yang tetap. Resistor tetap biasanya terdiri dari kawat resistif atau lapisan karbon yang terpasang pada substrat non-konduktif, seperti keramik atau bahan plastik. Resistor tetap tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran, tergantung pada kebutuhan aplikasi dan nilai resistansi yang diinginkan.

Resistor tetap dapat digunakan untuk berbagai aplikasi dalam rangkaian elektronik, seperti:

1.      Pembatas arus (current limiting)

Resistor tetap dapat digunakan sebagai pembatas arus pada rangkaian elektronik, sehingga mencegah arus berlebih yang dapat merusak komponen lainnya.

2.      Pembagi tegangan (voltage divider)

Resistor tetap juga dapat digunakan sebagai pembagi tegangan pada rangkaian elektronik, yang berguna untuk menghasilkan tegangan yang lebih rendah dari tegangan sumber.

3.      Pengatur level sinyal (signal level shifter)

Resistor tetap dapat digunakan sebagai pengatur level sinyal pada rangkaian elektronik, sehingga memungkinkan sinyal yang memiliki level yang berbeda untuk dapat digunakan pada rangkaian yang sama.

Beberapa jenis resistor tetap yang umum digunakan adalah:

1.      Resistor karbon film (carbon film resistor)

Resistor ini terbuat dari bahan karbon yang diselimuti oleh lapisan film. Resistor karbon film biasanya memiliki toleransi sekitar 5%, dan sering digunakan pada rangkaian elektronik yang tidak memerlukan ketelitian yang sangat tinggi.

2.      Resistor logam film (metal film resistor)

Resistor ini terbuat dari lapisan tipis logam, seperti nikel atau timah, yang diselimuti oleh substrat non-konduktif. Resistor logam film memiliki toleransi yang lebih rendah dibandingkan resistor karbon film, yaitu sekitar 1-2%, dan digunakan pada rangkaian elektronik yang memerlukan ketelitian yang lebih tinggi.

3.      Resistor lapisan terusik (thick film resistor)

Resistor ini memiliki lapisan film resistif yang lebih tebal dibandingkan resistor film biasa. Resistor lapisan terusik biasanya memiliki toleransi sekitar 5%, dan digunakan pada aplikasi elektronik yang memerlukan daya listrik yang tinggi.

4.      Resistor wire wound (wire wound resistor)

Resistor ini terbuat dari kawat resistif yang dililitkan pada substrat keramik atau plastik. Resistor wire wound memiliki nilai resistansi yang lebih tinggi dan mampu menahan arus yang lebih besar dibandingkan resistor film. Resistor ini sering digunakan pada rangkaian elektronik yang memerlukan daya listrik yang tinggi atau penggunaan dalam suhu yang ekstrim.

Itulah beberapa jenis resistor tetap yang umum digunakan pada rangkaian elektronik. Pemilihan jenis resistor tetap yang tepat sangat penting untuk memastikan kinerja dan keandalan suatu rangkaian elektronik.

B.    Variable resistor

Variable resistor atau resistor variabel adalah jenis resistor yang memungkinkan penggunaannya untuk mengatur nilai resistansi pada suatu rangkaian elektronik. Dalam resistor variabel, nilai resistansi dapat diubah melalui perubahan posisi pengontak atau batang geser pada resistor.

Resistor variabel dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti:

1.      Pengatur volume dan kecerahan pada audio dan video

Resistor variabel dapat digunakan sebagai pengatur volume dan kecerahan pada perangkat audio dan video, seperti pengeras suara dan televisi.

2.      Pengatur kecepatan pada motor listrik

Resistor variabel dapat digunakan untuk mengatur kecepatan pada motor listrik, sehingga memungkinkan penggunaan motor pada berbagai kebutuhan aplikasi.

3.      Pengatur level sinyal pada rangkaian elektronik

Resistor variabel juga dapat digunakan sebagai pengatur level sinyal pada rangkaian elektronik, sehingga memungkinkan penyesuaian tegangan dan arus yang sesuai dengan kebutuhan aplikasi.

Beberapa jenis resistor variabel yang umum digunakan adalah:

1.      Resistor potensiometer (potentiometer)

Resistor potensiometer terdiri dari sebuah kawat resistif yang dililitkan pada substrat keramik atau plastik, serta sebuah pengontak yang dapat diputar untuk mengubah nilai resistansi. Resistor potensiometer dapat digunakan untuk mengatur nilai resistansi secara kontinu, dan biasanya digunakan sebagai pengatur volume pada perangkat audio.

2.      Resistor rheostat (rheostat)

Resistor rheostat terdiri dari sebuah kawat resistif yang dililitkan pada substrat keramik atau plastik, serta sebuah batang geser yang dapat dipindahkan untuk mengubah nilai resistansi. Resistor rheostat dapat digunakan untuk mengatur nilai resistansi secara terputus-putus, dan biasanya digunakan sebagai pengatur kecepatan pada motor listrik.

3.      Resistor trimmer (trimmer potentiometer)

Resistor trimmer merupakan potensiometer miniatur yang digunakan untuk mengatur nilai resistansi pada suatu rangkaian elektronik secara presisi. Resistor trimmer dapat disesuaikan dengan menggunakan sebuah obeng kecil, dan biasanya digunakan pada rangkaian elektronik yang memerlukan ketelitian yang tinggi.

Itulah beberapa jenis resistor variabel yang umum digunakan pada rangkaian elektronik. Pemilihan jenis resistor variabel yang tepat sangat penting untuk memastikan kinerja dan keandalan suatu rangkaian elektronik.

C.     Thermistor

Thermistor, atau sering disebut juga dengan thermal resistor, adalah jenis resistor yang nilai resistansinya berubah tergantung pada suhu lingkungan sekitarnya. Ketika suhu meningkat, nilai resistansi thermistor akan menurun, dan sebaliknya, ketika suhu menurun, nilai resistansi thermistor akan meningkat.

Thermistor dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti:

1.      Sensor suhu

Thermistor dapat digunakan sebagai sensor suhu pada berbagai perangkat dan sistem, seperti termostat, pengontrol suhu pada oven dan kulkas, serta sistem monitoring suhu pada mesin dan peralatan.

2.      Proteksi terhadap overcurrent dan overheat

Thermistor dapat digunakan sebagai proteksi terhadap overcurrent dan overheat pada suatu rangkaian elektronik, seperti dalam sistem proteksi baterai pada mobil dan motor listrik.

3.      Kompenasi suhu

Thermistor juga dapat digunakan sebagai alat kompensasi suhu pada rangkaian elektronik yang sensitif terhadap perubahan suhu, seperti pada rangkaian osilator kristal.

Berikut ini adalah dua jenis thermistor yang sering digunakan:

1.      NTC (Negative Temperature Coefficient) Thermistor

NTC thermistor adalah jenis thermistor yang nilai resistansinya menurun ketika suhu lingkungan meningkat. NTC thermistor biasanya digunakan sebagai sensor suhu pada berbagai aplikasi.

2.      PTC (Positive Temperature Coefficient) Thermistor

PTC thermistor adalah jenis thermistor yang nilai resistansinya meningkat ketika suhu lingkungan meningkat. PTC thermistor biasanya digunakan sebagai proteksi terhadap overcurrent dan overheat pada suatu rangkaian elektronik.

Pemilihan jenis thermistor yang tepat sangat penting untuk memastikan kinerja dan keandalan suatu rangkaian elektronik yang menggunakan thermistor. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih thermistor meliputi rentang suhu kerja, akurasi, dan respons time yang dibutuhkan dalam aplikasi yang diinginkan.

D.    Light Dependent Resistor

LDR, atau Light Dependent Resistor, adalah jenis resistor yang resistansinya berubah-ubah tergantung pada intensitas cahaya yang diterimanya. Ketika cahaya yang diterima oleh LDR semakin besar, maka resistansi LDR akan semakin kecil, dan sebaliknya, ketika cahaya yang diterima semakin kecil, maka resistansi LDR akan semakin besar.

LDR biasanya terbuat dari bahan semikonduktor seperti selenium atau cadmium sulfide, dan dapat digunakan pada berbagai aplikasi, seperti:

1.      Sensor cahaya

LDR sering digunakan sebagai sensor cahaya pada berbagai perangkat dan sistem, seperti lampu pintar, termostat, dan sistem pengaturan kecerahan layar pada perangkat elektronik.

2.      Detektor gerakan

LDR juga dapat digunakan sebagai bagian dari detektor gerakan, karena perubahan intensitas cahaya yang diterima oleh LDR dapat terjadi ketika ada benda yang bergerak di sekitarnya.

3.      Pengontrol daya

LDR dapat digunakan sebagai pengontrol daya pada lampu, dimana semakin besar cahaya yang diterima, semakin besar daya yang diberikan pada lampu, dan sebaliknya.

Pemilihan LDR yang tepat sangat penting untuk memastikan kinerja dan keandalan suatu rangkaian elektronik yang menggunakan LDR. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih LDR meliputi rentang intensitas cahaya yang diinginkan, sensitivitas, dan waktu respons yang dibutuhkan dalam aplikasi yang diinginkan.

Simbol Resistor

Satuan Resistansi

Satuan resistansi adalah ohm (Ω). Satuan ini diberikan untuk menunjukkan besarnya hambatan listrik yang dimiliki oleh suatu resistor. Sebagai contoh, jika suatu resistor memiliki nilai resistansi sebesar 100 ohm, maka resistor tersebut akan menimbulkan hambatan sebesar 100 ohm saat arus listrik mengalir melaluinya.

Toleransi Resistor

Toleransi resistor adalah nilai yang menunjukkan seberapa akurat resistor tersebut dalam menghasilkan nilai resistansi yang telah ditentukan. Toleransi resistor dinyatakan dalam persentase dan dapat bervariasi tergantung pada jenis resistor yang digunakan. Sebagai contoh, jika suatu resistor memiliki toleransi 5%, maka nilai resistansi sebenarnya dapat berbeda dengan nilai resistansi yang tertera pada resistor tersebut sebesar 5%.

Cara Membaca Nilai Resistansi

Nilai resistansi suatu resistor biasanya ditandai dengan menggunakan beberapa warna pada tubuh resistor. Cara membaca nilai resistansi resistor adalah dengan mengikuti kode warna pada tubuh resistor tersebut.