Terbaru

Friday, April 30, 2021

Friday, April 30, 2021

01. SKK Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) untuk Panegak/Pandega

 01.  SKK Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) untuk Panegak/Pandega

Gambar TKK Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan untuk Pramuka Penegak/Pandega :

Untuk mencapai SKK P3K Tingkat Purwa, seorang Pramuka Penegak/Pandega harus:
  1. mengetahui cara dan dapat menolong kecelakaan: luka iris, luka garuk, luka terbakar/kena benda panas, benjut/memar, terkilir, hidung berdarah, tersengat, tergigit binatang berbisa, dan debu di mata,
  2. mengetahui cara dan dapat mencegah dan menolong orang yang mengalami Hilang semangat (coliapse), pingsan, mati suri (schijndood), dan tersengat sinar matahari (zonnesteek),
  3. mengetahui cara dan dapat menggunakan dengan benar dan rapi: pembalut segitiga (mitella), dan pembalut panjang (zwapchtel verband) untuk luka di jari, lengan, tangan, kepala, lutut dan betis,
  4. mengetahui letak urat-urat nadi terpenting, dan mengetahui cara penghentian perdarahan urat nadi,
  5. dapat membuat tandu darurat dengan cepat dan rapi, dan tahu serta dapat mengangkut pendrita dengan berbagai cara, secara seorang diri, maupun bersama dengan teman,
  6. mengetahui dan dapat melakukan dengan baik dua pernafasan tiruan (kunstmatige ademhaling),
  7. mempunyai pengetahuan tentang obat-obatan/ramuan yang dapat digunakan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan,
  8. mengetahui nama alamat nomor telpon Puskesmas (poliklinik), rumah sakit dan dokter setempat.
  9. telah melatih sedikitnya seorang Pramuka, sehingga mencapai TKK PPPK Tingkat Purwa.
Untuk mencapai SKK P3 K tingkat Madya, seorang Pramuka Penegak & Pandega  harus:

  1. telah memenuhi SKK PPPK Tingkat Madya,
  2. sebagai seorang anggota regu penolong (bukan pemimpin) yang terdiri atas 4 @ 5 orang, melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan (tiruan) yang dibuat oleh penguji, secara terperinci, tepat dan cepat sesuai dengan aturan PPPK (perlu diperhatikan keterangannya, kecepatan, kerjasama, dan lain-lain),
  3. mengetahui cara dan dapat menyampaikan secara lisan, tertulis atau melalui telpon (kepada dokter, rumah sakit, polisi atau keluarganya),
  4. mengetahui cara dan dapat melakukan dengan baik cara-cara pernafasan tiruan.
  5. mengetahui cara dan dapat mengangkut penderita melalui rintangan-rintangan/gang sempit, melaiui kolong, menyeberang parit, melewati pagar/tembok, naik-turun tangga, dan lain-lain) dengan atau tanpa tandu.
  6. telah melatih sedikitnya seorang Pramuka, sehingga mencapai TKK PPPK Tingkat Purwa.
           Catatan: Mereka yang memiliki ijazah PPPK (penolong dan pengangkut) dari PMI berhak
           mendaparkan TKK PPPK Tingkat Madya.

Untuk mencapai SKK P3K Tingkat Utama, seorang pramuka harus:
  1. telah memenuhi SKK PPPK Tingkat Madya,
  2. mengetahui cara dan dapat menolong kecelakaan berbagai macam patah tulang terbuka atau tertutup (Fractura complicate dan incomplicata), juga rahang atau lutut meleset,
  3. mengetahui cara dan dapat memberikan pertolongan kepada orang yang mengalami perdarahan dalam tubuh (internebloedingen),
  4. dapat memperhatikan cara-cara bertindak apabila ada dugaan keracunan, dan gegar otak,
  5. dapat dan tahu cara menolong orang tenggelam, terbenam/tertimbun, kena aliran listrik, dan shock/gugat,
  6. pernah memimpin satu regu penolong pada kecelakaan (sungguh-sungguh atau tiruan).
  7. telah melatih sedikitnya seorang Pramuka, sehingga mencapai TKK PPPK Tingkat Madya.
  • Catatan: Untuk mereka yang telah memiliki ijazah PPPK dari PMI, dan telah ikut secara aktif bertugas menolong kecelakaan (minimum 10 kali) sebagai tenaga bantuan/anggota sukarelawan regu-regu PMI, berhak menerima TKK PPPK Tingkat Utama. Yang dimaksud kecelakaan di sini adalah kecelakaan sungguh-sungguh dan bukan tiruan yang dibuat oleh penguji.


Friday, April 30, 2021

10 TKK Wajib Pramuka Penegak/Pandega

Tuesday, February 23, 2021

Tuesday, February 23, 2021

Memahami Tegangan dan Momen pada Konstruksi

Pada bab sebemumnya telah dipelajari mengenai pengujian logam dengan cara merusak seperti pengujian tarik, pengujian pukulan takik, pengujian kekerasan. Pengujian yang dimaksudkan untuk mengetahui batas kekuatan dan sifat-sifat mekanik suatu logam.

 

 Dalam pengujian tarik, spesimen mengalami penarikan secara terus menerus hingga patah. Ketika pembebanan (penarikan) dilakukan, dalam batang uji terjadi pertambahan panjang dan pengecilan ukuran penampang spesimen, serta diiringi terjadinya tegangan.

 

Tegangan yang terjadi pada komponen akibat pembebanan yang berlebih dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan/patah. Demikian pula dalam suatu konstruksi juga mengalami tegangan akibat adanya beban-beban yang bekerja. Maka setelah mempelajari bab ini, diharapkan kamu dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai tegangan dan momen yang terjadi pada konstruksi.

Bagan Materi Pembelajaran

 

Kata Kunci : Tegangan, Momen, Gaya, Regangan

A. Tegangan

Pernahkah kamu mengamati proses pengangkatan material seperti gambar disamping? Untuk dapat mengangkat beban berat, dibutuhkan konstruksi yang tersusun dari bahan baja yang juga memiliki kekuatan. Salah satu penerapannya adalah pada rantai baja.

Dalam baja yang digunakan terdapat sifat-sifat mekanik material seperti kekuatan, kekerasan, kekakuan, batas kelelahan, dan sebagainya yang memiliki peran penting untuk menunjang terbentuknya konstruksi yang kokoh dan kuat.

Ketika pembebanan, pada konstruksi akan terjadi tegangan-tegangan, semakin kecl beban maka tegangan yang terjadi juga kecil, dan sebaliknya. Tegangan-tegangan yang terjadi dalam suatu material dan struktur dapat menyebabkan deformasi dan kerusakan ketika tegangan melebihi batas kekuatan konstruksi dan bahan.

Sebagai contoh, perhatikan perubahan-perubahan yang terjadi pada spesimen pengujian tarik berikut ini:

 

Pada gambar diatas, deformasi mulai terjadi ketka adanya beban (tarikan) yang bekerja, sehingga menyebabkan batang bertambah panjang dan mengecilnya penampang, sehingga terjadi patah. Terjadinya deformasi karena adanya tegangan pada batang akibat gaya tarikan yang membesar sampai batas maksimalnya.

Dalam hal ini kerusakan batang tidak terjadi secara langsung, namun didahului dengan gejala-gejala berupa deformasi dan perubahan bentuk dan ukuran.

Terjadinya deformasi (perubahan bentuk) pada material maupun konstruksi sangat berkaitan erat dengan tegangan dan regangan.

Video Tarikan Pegas

Pengetahuan tegangan yang terjadi pada material dan konstruksi merupakan salah satu hal yang paling penting dipahami oleh seorang perancang. Tegangan merupakan salah satu faktor penentu kokoh atau tidaknya suatu konstruksi. Maka besarnya tegangan pada bahan harus diketahui sebagai dasar dalam melakukan perancangan.

Adapun pembahasan mengenai tegangan, meliputi : tegangan normal dan tegangan geser

1. Tegangan Normal

Telah diketahui bahwa tegangan terjadi karena adanya gangguan berupa gaya gaya yang bekerja pada batang yang berakibat terjadninya deformasi.

Besarnya tegangan dapat dihitung dengan membandingkan antara gaya yang bekerja terhadap luasan,sebagaimana persamaan berikut ini :

σ=F/A

Keterangan :

σ = Tegarangan (N/m2) = Pa (Pascal)

= Gaya (N)

= Luas Penampang (m2)

 

Tegangan normal merupakan tegangan yang arah beban sejajar dengan batang material. Berdasarkan jenis gaya yang bekerja, tegangan normal dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Tegangan Tekan

Tegangan tekan dapat terjadi apabila gaya-gaya yang bekerja menuju ke arah batang, sehingga batang menjadi tertekan.

Bedasarkan ilustrasi diatas, dapat dijelaskan bahwa deformasi yang terjadi berupa batang menjadi pendek dan penampang menjadi lebih besar, padat dan keras.

b. Tegangan Tarik

Tegangan tarik terjadi ketika adanya gaya tarik pada kedua ujung batang, sehingga batang terjadi deformasi pertambahan panjang dan penampang mengecil

Seiring bertambahnya panjang batang mengalami regangan, yakni perbandingan antara pertambahan panjang pada daerah elastisitas dengan panjang awalnya.

ε=∆L/L

Keterangan :

ε = Regangan (dibaca epsilon)

∆L= Selisih Panjang akhir dan awal

L =Panjang Awal

Berdasarkan tegangan dan regangan pada material, maka dapat diketahui modulus elastisitas material/modulus young (E) melalui persamaan berikut :

E=σ/ε

Keterangan :

E = Modulus elastisitas (N/m2)

ε = Regangan (dibaca epsilon)

σ = Tegarangan (N/m2) = Pa (Pascal)

2. Tegangan Geser

Tegangan geser merupakan tegangan yang bekerja dalam arah tangensial terhadap permukaan benda. Tegangan geser memenuhi persamaan berikut :

Ï„=F_s/A

Keterangan :

Ï„ = Tegangan Geser (N/m2)

F_s = Beban/Gaya (N)

= Luas Penampang (m2)

Tegangan geser terjadi pada suatu benda ketika terdapat dua gaya atau lebihh yang bekerja dengan arah yang berlawanan dan berimpit.

Tegangan geser menyebabkan perubahan bentuk elemen dimana elemen yang semula berbentuk persegi berubah bentuk menjadi miring dengan kemiringan tertentu.

Perubahan sudut dalam kondisi ini disebut sebagai regangan geser dan dinyatakan dengan  Î³.

Rasio antara tegangan geser (Ï„) dengan regangan geser Î³ disebut modulus elastis geser (G) dan dinyatakan dengan persamaan berikut.

G=  Ï„/γ

Keterangan :

G = Modulus Elastisitas geser (N/m2)

Ï„= Tegangan Geser (N/m2)

γ = regangan geser

B. Momen

Pada materi subbab kedua ini, kamu akan mempelajari mengenai momen gaya. Cobalah kamu perhatikan bagaimana seseorang yang menghidupkan mesin diesel dengan cara memutar poros engkol terlebih dahulu. Bagaimanakah gerakan engkol ketika memutar poros tersebut?. Ya, ketika memutar poros akan terbentuk suatu gerakan rotasi terhadap satu titik sumbunya. Dalam gerakan rotasi terdapat momen gaya atau torsi yang bekerja terhadap poros tersebut.

Gerakan rotasi merupakan salah satu bentuk gerakan yang terjadi yang diakibatkan oleh gaya. Terjadinya gerakan rotasi (putaran) merupakan hasil kerja dari gaya terhadap satu titik(sumbu), yang selanjutnya disebut momen gaya.

Secara matematis, mmen gaya dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

M = F.L

Keterangan :

M = Momen Gaya (Nm)

F = Gaya (N)

L = Jarak gaya terhadap titik pusat (m)

Momen memiliki besaran dan arah yang searah dengan garis kerjanya terletak sepanjang sumbu putarnya. Momen dapat diberi tanda positif atau negatif bergantung dari perjanjian yang umum. Suatu momen adalah positif (+) jika momen itu berputar searah jarum jam, dan berharga negatif (-) jika berputar berlawanan arah putaran jarum jam.

Telah dipahami bahwa dalam konsep momen, posisi gaya selalu tegak lurus terhadap titik sumbu putarnya, maka apabila terdapat suatu gaya yang bekerja dengan kemiringan tertentu maka dalam perhitungan momen gaya tersebut harus ditegakluruskan terhadap titik pusatnya. Perhatikan gambar berikut !.

Untuk menghitung momen dari gaya F yang membetuk kemiringan tertentu adalah :

M=F.sin⁡ α .L

Keterangan :

= Momen Gaya (Nm)

F= Gaya (N)

L = Jarak gaya terhadap titik pusat (m)

α= Kemiringan gaya (0)

Selain itu, contoh penerapan momen adalah pada pembuatan ulir, seperti gambar 11.16.

Dalam pembuatan ulir, tap diputar sambil ditekan hingga terbentuk ulir pada pelat. Ketika pemutaran tap ulir, maka terjadi momen seperti gambar 11.17

Pada gambar diatas dijelaskan bahwa terdapat dua gaya yang bekerja pada jarak L secara berlawanan arah mengakibatkan gerak rotasi dan terjadi momen kopel.

Sebagai contoh, apabila diketahui gaya tangan sebesar 30N, panjang lengan 20cm, serta berputar searah jarum jam, maka besarnya momen gaya dapat dihitung sebagai berikut :

Diketahui : F = 30 N

L = 20 cm = 0,2m

Jawab : M = F x 2L

M = 30 x 2 x 0,2 = 12Nm

 

 

Sunday, February 21, 2021

Sunday, February 21, 2021

Peralatan Material Handling


J. Peralatan Material Handling

Peralatan material handling merupakan bagian terpenting dalam material handling. Material handling diklasifikasikan ke dalam tiga tipe utama yaitu :

1. Conveyor (ban berjalan)

Conveyor terdiri dari bagian-bagian standar dengan teknologi maju, sederhana, dan mudah dalam pemeliharaannya. Digunakan untuk memindahkan material secara kontinu dengan jalur yang tepat. Dapat dipasang secara horisontal atau tertidur dan digabung dengan alat transfer lain. Conveyor terdiri dari tiga jenis, yaitu :

a. Belt

Biasanya digunakan dalam industri pertambangan, metalurgi dan batu bara, mentransfer pasiran, material besar, dan meterial dalam kemasan.

b. Roller

Sistem ini akan memungkinkan anda untuk memindahkan bahan dengan cara sangat cepat dan efisien selama masih memilih sistem yang tepat untuk pekerjaan yang dilakukan.

c. Screw

Screw conveyor menanamkan gerakan positif halus untuk material seperti berputar dalam palung.

2. Crane hoist

Cranes (derek) dan hoist (kerekan) adalah peralatan atas yang digunakan untuk memindahkan beban secara terputus-putus dengan area terbatas. Umumnya ada dua hal yang membedakan crane hoist. Media mengangkat dan jenis energi yang digunakan. Ada tiga tipe crane yaitu :

a. Crane Beroda Crawler

Tipe ini mempunyai bagian atas yang dapat bergerak 3600. Dengan roda crawler maka crane tipe ini dapat bergerak di dalam lokasi proyek saat melakukan pekerjaannya. Pada saat crane akan digunakan di proyek lain maka crane diangkut dengan menggunakan lowbed trailer. Pengangkutan ini dilakukan dengan membongkar boom menjadi beberapa bagian untuk mempermudah pelaksanaan pengangkutan

b. Truck Crane

Crane jenis ini dapat berpindah tempat dari satu proyek ke proyek lainnya tanpa banttuan dari alat pengangkutan. Akan tetapi bagian dari crane tetap harus dibongkar untuk mempermudah perpindahan. Seperti halnya crawler crane, truck crane ini dapat berputar 3600. Untuk menjaga keseimbangan alat, truck crane memiliki kaki. Di dalam pengoperasiannya kaki tersebut harus dipasangkan dan roda diangkat dari tanah sehingga keselamatan pengoperasian dengan boom yang paling panjang akan terjaga.


c. Crane untuk lokasi terbatas

Cran tipe ini diletakkan di atas dua buah as tempat kedua as ban bergerak secara simultan. Dengan kelebihan ini maka crane jenis ini dapat bergerak dengan laluasa. Alat penggerak crane jenis ini adalah roda yang sangat besar yang dapat meningkatkan kemampuan alat dalam bergerak di lapangan dan dapat bergerak di jalan raya dengan kemampuan maksimum 30 mph. Letak ruang operator crane biasanya pada bagian-bagian deck yang dapat berputar.


d. Electric Chain Hoist XN

Adalah yang dimiliki Konecranes dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan industri serta menjadi solusi yang dapat diandalkan untuk memnuhi kebutuhan alat angkat.


e. Electric Belt Hoists XB

Dirancang untuk pemakaian di mana kondisi higienis merupakan hal yang sangat penting, seperti pada industri makanan, agrikultur, kimia, dan industri presisi.


f. Steel Light Crane Systems and Monorails

Konfigurasi sistem light hoist XM Konecranes memberikan solusi yang optimal untuk kebutuhan alat angkat ringan, dari jenis pekerjaan kecil sampai proses produksi yang panjang.


g. Aluminum Light Crane Systems and Monorails

Sistem alumunium light cranes XA merupakan solusi untuk kebutuhan alat angkat modern apapun, selain untuk pemakaian insudtri otomotif tradidional.


h. Jib Cranes

Rentang pilar dan dinding jib Konecranes bersifat sangat fleksibel dan merupakan solusi yang cepat untuk bidang pekerjaan kecil, pergudangan sampai proses produksi.


3. Trucks

Trucks adalah kendaraan yang dirancang untuk mengangkut kargo. Ada dua tipe truk yaitu : yang digerakkan tangan dan digerakkan dengan mesin.


4. Containers

Containers adalah tempat untuk meletakkan barang. Ada dua jenis containers yaitu :

a. Stacking adalah kemampuan setiap container disusun di atas container lain pada saat terisi penuh.

b. Nesting adalah model kontainer yang memungkinkannya disusun di dalam container lain saat dalam kondisi kosong.

5. Pallet

Pallet merupakan suatu unit lood yang sering digunakan. Ukuran pallet yang umum adalah:

32 x 40 in

40 x 48 in

48 x 40 in

36 x 48 in

42 x 42 in

48 x 48 in

Sunday, February 21, 2021

Faktor Memengaruhi MMH, Cara Mengangkat Beban, Risiko Kecelakaan Kerja, Penanganan Resiko


F. Faktor-Faktor yang Memengaruhi MMH

Semua aktiviitas manual handling melibatkan faktor-faktor sebagai berikut :

1. Karakteristik pekerja

Karakteristisk pekerja masing-masing berbeda dan memengaruhi jenis dan jumlah pekerjan yang dapat dilakukan. Karakteristik pekerja terdiri dari :

a. Fisik, yang meliputi ukuran pekerja secara umum seperti usia, jenis kelamin, antropometri, dan postur tubuh.

b. Kemampuan sensorik, ukuran kemampuan sensorik pekerja meliputi penglihatan, pendengaran, kinestetik, dan sistem keseimbangan.

c. Motorik, ukuran kemampuan motorik/gerak pekerja yang meliputi kekuatan, ketahanna, jangkauan, dan karakter kinematis.

d. Psikomotorik, mengukur kemampuan pekerja mengahadapi proses mental dan gerak seperti memproses informasi, waktu respons, dan koordinasi.

e. Personal, ukuran nilai dan kepuasan pekerja dengan melihat tingkah laku, penerimaan risiko, persepsi kebutuhan ekonomi, dan lain-lain.

f. Training/pelatihan, ukuran kemampuan pendidikan pekerja dalam training formal atau keterampilan dalam menangani instruksi MMH.

g. Status kesehatan. Aktivitas dalam waktu luang.

2. Karakteristik material

Karakteristik material atau bahan, meliputi :

a. Beban, ukuran berat benda, usaha yang dibutuhkan untuk mengangkat, maupun momen inersia benda.

b. Dimesi, atau ukuran benda seperti lebar, panjang, tebal, dan bentuk benda baik itu kotak, silinder, dan lain-lain.

c. Distribusi beban, ukuran letak unit CG dengan reaksi pekerja untuk membawa dengan satu atau dua tangan.

d. Kopling, cara membawa benda oleh pekerja berkaitan dengan tekstur, permukaan, atau letak.

e. Stabilitas beban, ukuran konsistensi lokasi CM.

3. Karakteristik tugas/pekerjaan

Karakteristik tugas ini meliputi kondisi pekejaan manual material handling yang akan dilakukan terdiri dari :

a. Geometri tempat kerja, termasuk di dalamnya jarak pergerakan, langkah yang harus ditempuh, dan lain-lain.

b. Frekuensi, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan termasuk frekuensi pekerjaan yang dilakukan.

c. Kompleksitas pekerjaan, termasuk di dalamnya ketepatan penempatan, tujuan aktivitas, maupun komponen pendukungnya.

d. Lingkungan kerja, seperti suhu, pencahayaan, kebisingan, getaran, dan bau-bauan, juga saya tarik kaki.

4. Sikap kerja

Penanganan manual material handling juga melibatkan metode kerja atau sikap dalam menyelesaikan pekerjaan/tugas. Pengamatan meliputi pada :

a. Individu, merupakan ukuran metode operasional, seperti kecepatan, ketepatan, cara/postur saat memindahkan.

b. Organisasi, berkaitan dengan organisasi kerja seperti luas bangunan pabrik, keberadaan tenaga medis, maupun utilitas kerja sama tim.

c. Administrasi, seperti sistem insentif untuk keselamatan kerja, kompensasi, rotasi kerja maupun pengendalian dan pelatihan keselamatan.

Aktivitas manual material handling banyak digunakan karena memiliki fleksibilitas yang tinggi, murah dan mudah diaplikasikan. Akan tetapi, berdasarkan data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa aktivitas manual material handling juga diikuti dengan risiko apabila diterapkan pada kondisi lingkungan kerja yang kurang memadai, alat yang kurang mendukung, dan sikap kerja yang salah. Penelitian yang dilakukan NIOSH (NIOSH, 1981) memperlihatkan sebuah statistik yang menyatakan bahwa 2/3 dari kecelakaan akibat tekanan berlebihan, berkaitan dengan aktivitas menaikkan barang (lifting loads activity).

 

G. Cara Mengangkat Beban

Dalam sistem kerja angakat dan angkut, sering dijumpai nyeri pinggang sebagai akibat kesalahan dalam mengangkat maupun mengangkut, baik itu mengenal teknik maupun berat atau ukuran benda. Nyeri pinggang dapat pula terjadi sebagai sikap paksa yang disebabkan karena penggunaan sarana kerja yang tidak sesuai dengan ukuran tubuhnya. Kondisi demikian menggambarkan tidak adanya keserasian antara ukuran tubuh pekerja dengan bentuk dan ukuran sarana kerja, sehingga terjadi pembebanan setempat yang berlebihan di daerah pinggang dan inilah yang menyebabkan nyeri pinggang akibat kerja. Berikut ini cara mengangkat beban yang salah.

Gambar tersebut menggambarkan cara kerja mengangkat galon air yang salah. Dengan posisi mengangkat tersbut bila menimbulkan cedera pada punggung. Sebab ada hentakan ketika mengangkat galon (posisi c). Sedangkan urutan cara mengangkat galon yang benar ada pada Gambar 6.7 beriku ini.

Cara untuk mengurangi risiko cedera yang mungkin timbul saat mengangkat beban yaitu :

a. Usahakan untuk tidak mengangkat beban melebihi batas kemampuan dan jangan mengangkat beban dengan gerakan cepat dan tiba-tiba.

b. Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Karena makin dekat dengan beban, makin kecil pengaruhnya dalam memberi tekanan pada punggung, bahu, dan lengan. Makin dekat beban maka makin mudah untuk menstabilkan tubuh.

c. Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat dan usahakan dalam posisi seimbang tekuk lutut dalam posisi setengah jongkok sampai sudut paling nyaman.

d. Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak membungkuk, menyamping atau miring.

e. Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi setengah jongkok dengan sudut paling nyaman.

 

H. Faktor Risiko Kecelakaan Kerja MMH

Faktor risiko diasosiasikan dengan jumlah tugas yang dapat menyebabkan cedera musculoskeletal. Faktor risiko digunakan untuk menganalisis tugas manual (manual task). Manual task atau manual material handling memiliki interaksi yang kompleks antara pekerja dan lingkungan kerja. Faktor risiko kemudian dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu :

1. Tekanan langsung kepada tubuh. Hal ini meliputi faktor seperti tingkat tekanan pada muscular, postur/sikap kerja, pengulangan pekerjaan, getaran peralatan, dan lama waktu kerja.

2. Kontribusi faktor risiko yang secara langsung memngaruhi tuntutan kerja. Hal ini meliputi layout area kerja, penggunaan alat, penangan beban. Jika komponen ini didesain ulang pengaruh dari tekanan dapat dikurangi.

3. Memodifikasi faktor risiko dapat memberi masukan pada perubahan sikap kerja sehingga akibat dari faktor risiko dapat dikurangi.

 

I. Penanganan Risiko Kerja MMH

Kondisi berbahaya yang diakibatkan oleh sikap kerja manual material handling yang tidak tepat tentunya harus dicegah dan ditangani dengan baik. Penanganan dan pencegahan akan lebih mudah dilakukan setelah mengetahui faktor risiko dari manual material handling di atas. Menurut laporan NIOSH (1981) ada enam prosedur umum dalam menangani risiko kecelakaan/cedera akibat tindakan manual material handling yang tidak tepat, yaitu :

1. Identifikasi pekerjaan dengan kejadian yang menyebabkan cedera musculoskeletal tinggi dan rata-rata kepelikan tinggi dengan analis statistisk dari data medis.

2. Observasi pekerjaan yang dicurigai dan untuk tiap beban yang akan diangkat harus diketahui berat serta metode pengangkatan.

3. Evaluasi tingkat risiko pengangkatan dengan menghitung nilai AL dan MPL dan membandingkannya dengan berat beban yang diangkat.

4. Mengembangkan pengendalian keteknikan dengan peralatan manual handling, mengemas ulang beban dalam berat yang lebih ringan, mengatur ulang area kerja.

5. Mengajukan pengendalian administatif. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan menambah pekerja untuk mengurangi frekuensi pengangkatan, melakukan penjadwalan kerja, mengembangkan pelatihan untuk menyosialisasikan teknik pengangkatan yang tepat, serta meningkatkan prosedur seleksi dan penempatan pekerja dengan lebih baik.

6. Mengimplementasikan solusi paling mungkin dan mengevaluasi efektivitas dengan pengecekan kesehatan.