A. Rangkaian Listrik
Rangkaian listrik adalah susunan komponen listrik yang saling terhubung
dan berfungsi bersama-sama untuk menciptakan aliran listrik yang bermanfaat.
Rangkaian listrik dapat berupa rangkaian sederhana, seperti rangkaian seri dan
paralel, atau rangkaian yang lebih kompleks, seperti rangkaian transistor atau
rangkaian IC (Integrated Circuit).
1. Rangkaian Seri
Rangkaian
seri adalah rangkaian listrik yang komponen-komponennya tersusun secara
berurutan atau berderet, sehingga arus listrik hanya dapat mengalir melalui
satu jalur yang sama.
- Sifat Rangkaian Seri :
1.
Pada rangkaian seri, tegangan total (Vs) yang diberikan sama dengan
jumlah tegangan pada setiap komponen atau resistor (Vstotal=V1 + V2 + V3 + …).
2.
Sedangkan arus listrik yang mengalir di setiap komponen atau resistor
(I) sama (Istotal = I1=I2=I3=…).
3.
Dalam rangkaian seri, resistansi total (RT) dapat dihitung menggunakan
rumus berikut: (Rs = R1 + R2 + R3 + …)
Rs = Hambatan
Total Rangkaian Seri (Ω atau Ohm)
R1 = Hambatan
Pertama (Ω atau Ohm)
R2 = Hambatan
Kedua (Ω atau Ohm)
R3 = Hambatan
Ketiga (Ω atau Ohm)
Sehingga,
jika kita menambahkan resistor ke dalam rangkaian seri, maka resistansi
totalnya akan meningkat, dan arus listriknya akan menurun.
2. Rangkaian
Paralel
Rangkaian
paralel adalah rangkaian listrik yang komponen-komponennya tersusun secara
paralel atau sejajar, sehingga arus listrik dapat mengalir melalui beberapa
jalur yang berbeda.
- Sifat Rangkaian Paralel :
1.
Pada rangkaian paralel, tegangan total (Vp) yang diberikan sama pada
setiap komponen atau resistor (Vptotal = V1 = V2 = V3 = …).
2.
Sedangkan arus listrik yang mengalir di setiap komponen atau resistor
(I1, I2, I3, …) berbeda-beda. Untuk menghitung kuat arusnya tinggal menjumlahkan
(Iptotal = I1+I2+I3+…)
3.
Dalam rangkaian paralel, resistansi total (RT) dapat dihitung
menggunakan rumus berikut: 1/Rptotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + …
Rp = Hambatan
Total Rangkaian Paralel (Ω atau Ohm)
R1 = Hambatan
Pertama (Ω atau Ohm)
R2 = Hambatan
Kedua (Ω atau Ohm)
R3 = Hambatan
Ketiga (Ω atau Ohm)
Sehingga,
jika kita menambahkan resistor ke dalam rangkaian paralel, maka resistansi
totalnya akan menurun, dan arus listriknya akan meningkat.
3. Rangkaian
Campuran
Rangkaian
campuran adalah rangkaian listrik yang terdiri dari kombinasi rangkaian seri
dan paralel. Dalam rangkaian campuran, komponen-komponennya tersusun dalam
bentuk rangkaian seri dan paralel secara bergantian.
Dalam
rangkaian campuran, kita dapat menggunakan rumus-rumus yang telah dijelaskan
sebelumnya untuk menghitung resistansi total dan arus listrik yang mengalir
pada setiap komponen atau resistor.
Kesimpulan
Rangkaian listrik dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu rangkaian seri dan paralel. Berikut adalah penjelasan mengenai perbedaan
rangkaian seri dan paralel:
1.
Rangkaian seri
Rangkaian seri adalah rangkaian listrik dimana komponen-komponen atau beban
listrik dihubungkan secara berderetan atau sejajar. Artinya, arus yang mengalir
pada satu komponen atau beban listrik harus melewati komponen atau beban
listrik lainnya terlebih dahulu sebelum mencapai sumber tegangan. Dalam
rangkaian seri, arus yang mengalir pada setiap komponen atau beban listrik
memiliki nilai yang sama, sedangkan tegangan pada setiap komponen atau beban
listrik dapat berbeda-beda. Tegangan total pada rangkaian seri adalah jumlah
dari tegangan pada masing-masing komponen atau beban listrik.
2.
Rangkaian paralel
Rangkaian paralel adalah rangkaian listrik dimana komponen-komponen atau beban
listrik dihubungkan secara parallel atau sejajar. Artinya, setiap komponen atau
beban listrik dihubungkan langsung ke sumber tegangan, sehingga arus yang
mengalir pada masing-masing komponen atau beban listrik dapat berbeda-beda.
Dalam rangkaian paralel, tegangan yang diterapkan pada setiap komponen atau
beban listrik memiliki nilai yang sama, sedangkan arus pada setiap komponen
atau beban listrik dapat berbeda-beda. Arus total pada rangkaian paralel adalah
jumlah dari arus pada masing-masing komponen atau beban listrik.
3.
Berikut adalah
beberapa perbedaan antara rangkaian seri dan paralel:
- Rangkaian seri hanya memiliki satu jalur untuk arus mengalir, sedangkan rangkaian paralel memiliki beberapa jalur untuk arus mengalir.
- Pada rangkaian seri, arus yang mengalir pada setiap komponen atau beban listrik memiliki nilai yang sama, sedangkan pada rangkaian paralel arus yang mengalir pada setiap komponen atau beban listrik dapat berbeda-beda.
- Pada rangkaian seri, tegangan total pada rangkaian adalah jumlah dari tegangan pada masing-masing komponen atau beban listrik, sedangkan pada rangkaian paralel, tegangan yang diterapkan pada setiap komponen atau beban listrik memiliki nilai yang sama.
- Pada rangkaian seri, resistansi total pada rangkaian adalah jumlah dari resistansi pada masing-masing komponen atau beban listrik, sedangkan pada rangkaian paralel, resistansi total pada rangkaian dapat dihitung menggunakan rumus 1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + ... + 1/Rn, dimana R1, R2, ..., Rn adalah resistansi pada masing-masing komponen atau beban listrik.
Contoh Soal :
Berikut adalah beberapa contoh soal yang dapat
digunakan untuk menghitung tegangan pada rangkaian seri dan paralel:
Contoh Soal 1:
Sebuah rangkaian seri terdiri dari tiga resistor
dengan nilai masing-masing adalah 10 Ω, 20 Ω, dan 30 Ω. Jika arus yang mengalir
pada rangkaian adalah 2 A, hitunglah tegangan total yang diterapkan pada
rangkaian!
Jawaban:
Tegangan total pada rangkaian seri dapat dihitung
menggunakan rumus Vt = V1 + V2 + V3, dimana V1, V2, dan V3 adalah tegangan pada
masing-masing resistor. Kita juga dapat menggunakan rumus V = I x R untuk
menghitung tegangan pada masing-masing resistor. Oleh karena itu, kita dapat
melakukan perhitungan sebagai berikut:
Tegangan pada resistor 1 (V1) = I x R1 = 2 A x 10 Ω
= 20 V
Tegangan pada resistor 2 (V2) = I x R2 = 2 A x 20 Ω
= 40 V
Tegangan pada resistor 3 (V3) = I x R3 = 2 A x 30 Ω
= 60 V
Tegangan total (Vt) = V1 + V2 + V3 = 20 V + 40 V +
60 V = 120 V
Jadi, tegangan total yang diterapkan pada rangkaian
seri adalah 120 V.
Contoh Soal 2:
Sebuah rangkaian paralel terdiri dari empat
resistor dengan nilai masing-masing adalah 5 Ω, 10 Ω, 15 Ω, dan 20 Ω. Jika
tegangan yang diterapkan pada rangkaian adalah 50 V, hitunglah arus yang
mengalir pada masing-masing resistor!
Arus pada masing-masing resistor dalam rangkaian
paralel dapat dihitung menggunakan rumus I = V / R, dimana V adalah tegangan
yang diterapkan pada rangkaian dan R adalah nilai resistansi masing-masing
resistor. Oleh karena itu, kita dapat melakukan perhitungan sebagai berikut:
Arus pada resistor 1 (I1) = V / R1 = 50 V / 5 Ω =
10 A
Arus pada resistor 2 (I2) = V / R2 = 50 V / 10 Ω =
5 A
Arus pada resistor 3 (I3) = V / R3 = 50 V / 15 Ω =
3.33 A
Arus pada resistor 4 (I4) = V / R4 = 50 V / 20 Ω =
2.5 A
Jadi, arus yang mengalir pada masing-masing resistor adalah 10 A, 5 A, 3.33 A, dan 2.5 A pada resistor 1, 2, 3, dan 4, secara berturut-turut.
Contoh Soal 3
Sebuah rangkaian listrik seri terdiri dari 6 resistor dengan nilai resistansi masing-masing sebagai berikut: R1 = 20 Ω, R2 = 15 Ω, R3 = 10 Ω, R4 = 25 Ω, R5 = 30 Ω, R6 = 40 Ω. Sumber tegangan yang diberikan pada rangkaian adalah sebesar 24 V. Hitunglah:
a) Total hambatan rangkaian
b) Besarnya arus listrik yang mengalir pada rangkaian
c) Tegangan masing-masing resistor pada rangkaian
d) Daya listrik yang dihasilkan pada setiap resistor pada
rangkaian
Diketahui:
R1 = 20 Ω
R2 = 15 Ω
R3 = 10 Ω
R4 = 25 Ω
R5 = 30 Ω
R6 = 40 Ω
V = 24 V
Dicari:
a) Rtot
b) I
c) V1, V2, V3, V4, V5, V6
d) P1, P2, P3, P4, P5, P6
Jawaban:
a) Total hambatan rangkaian dapat dihitung dengan menjumlahkan
nilai resistansi masing-masing resistor pada rangkaian, yaitu:
Rtot = R1 + R2 + R3 + R4 + R5 + R6
= 20 Ω + 15 Ω + 10
Ω + 25 Ω + 30 Ω + 40 Ω
= 140 Ω
Jadi, total hambatan pada rangkaian seri tersebut
adalah 140 Ω.
b) Arus listrik pada rangkaian seri adalah sama pada setiap
resistor. Oleh karena itu, kita dapat menggunakan hukum Ohm untuk menghitung
besarnya arus:
V = I * Rtot è I = V /
Rtot
I = V / Rtot
= 24 V / 140 Ω
= 0,171 A
= 171 mA
Jadi, besarnya arus listrik yang mengalir pada
rangkaian adalah 171 mA.
c). Tegangan masing-masing resistor pada rangkaian dapat
dihitung dengan menggunakan hukum Ohm:
V1 = I * R1 = 0,171 A * 20 Ω = 3,42 V
V2 = I * R2 = 0,171 A * 15 Ω = 2,565 V
V3 = I * R3 = 0,171 A * 10 Ω = 1,71 V
V4 = I * R4 = 0,171 A * 25 Ω = 4,275 V
V5 = I * R5 = 0,171 A * 30 Ω = 5,13 V
V6 = I * R6 = 0,171 A * 40 Ω = 6,84 V
Jadi, tegangan masing-masing resistor pada
rangkaian adalah: V1 = 3,42 V, V2 =
2,565 V, V3 = 1,71 V, V4 = 4,275 V, V5 = 5,13 V, dan V6 = 6,84 V.
d). Daya listrik yang dihasilkan pada setiap resistor pada
rangkaian dapat dihitung menggunakan rumus:
P = V * I => P= I2 * R
Maka, daya pada masing-masing resistor adalah sebagai berikut:
P1 = V1 * I = 3,42 V * 0,171 A = 0,585 W
P2 = V2 * I = 2,565 V * 0,171 A = 0,439 W
P3 = V3 * I = 1,71 V * 0,171 A = 0,293 W
P4 = V4 * I = 4,275 V * 0,171 A = 0,732 W
P5 = V5 * I = 5,13 V * 0,171 A = 0,877 W
P6 = V6 * I = 6,84 V * 0,171 A = 1,17 W
Jadi, daya listrik yang dihasilkan pada setiap
resistor pada rangkaian tersebut adalah:
P1 = 0,585 W, P2 = 0,439 W, P3 = 0,293 W, P4 = 0,732 W, P5 = 0,877 W, dan P6 = 1,17 W.
No comments:
Post a Comment
Silahkan Beri komentar dengan sopan...
Komentar tidak boleh mengandung sara...
Terimakasih...